ANALISIS UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN “PESTA KELUARGA” KARYA M. SHOIM ANWAR
Dosen Pengampu :
Dr. M. Shoim Anwar M.Pd
Oleh :
2016-B/ Kelompok 7
1. Heronimus Puji Santoso (165200018)
2. Alfi Nur Dina (165200043)
3. Sri Wulan P (165200079)
4 Fheren Noven Isnaini (165200088)
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
2017
Teori Struktural (Unsur Intrinsik)
Dalam
menganalisis sebuah karya sastra, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam mengkaji sebuah karya sastra. Setelah proses mengkaji tersebut selesai,
muncullah konsep yang dinamakan teori sastra / teori struktural sastra. Teori
struktural sastra adalah sebuah teori sastra yang digunakan untuk menganalisis
sebuah karya sastra tertentu yang dimana sebagai objek kajiannya adalah sistem
sastra itu sendiri, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang
mengatur hubungan berbagai unsur dalam teks sastra sehingga unsur-unsur
tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh.
Adapun
unsur dalam teks sastra yang dimaksud adalah seperti unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik.Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun dari dalam pada sebuah
cerita.Sedangkan, pengertian dari unsur ekstrinsik adalah unsur dari luar pada
sebuah cerita, meskipun bearasal dari luar unsur ekstrinsik juga berpengaruh
dan dibutuhkan untuk membangun sebuah cerita agar terlihat lebih hidup.
Berikut akan dibahas
lebih rinci tentang bagian apa saja yang terdapat dalam unsur intrinsik:
a.
Tema
Tema
adalah gagasan utama/pikiran pokok.Tema merupakan pokok pembicaraan yang
mendasari cerita.Tema bersifat menjiwai keseluruhan cerita dan mempunyai
generalisasi yang umum, oleh karena itu, untuk menemukan tema sebuah karya
fiksi harus disimpulkan dari seluruh cerita, tak hanya bagian-bagian tertentu
dari cerita.Tema sebagai salah satu unsur fiksi sangat berkaitan erat dengan
unsur-unsur yang lainnya.
b.
Penokohan dan watak
Penokohohan
adalah pelaku pada sebuah cerita.Tiap-tiap tokoh biasanya memiliki watak,
sikap, sifat, dan kondisi fisik sendiri-sendiri.Sedangkan watak adalah
pemberian sifat pada pelaku-pelaku cerita. Sifat yang diberikan akan tercermin
pada pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu.
c.
Alur
Alur
adalah rangkaian peristiwa yang membentuk sebuah cerita. Bagian-bagian alur
adalah sebagai berikut:
1. Tahap
penyituasian atau pengantar/pengenalan
Tahap pembuka cerita atau pemberian
informasi awal, terutama berfungsi untuk melandasi cerita yang dikisahkan pada
tahap berikutnya.
2. Tahap
pemunculan konflik
Tahap awal munculnya konflik.Konflik
dapat berkembang pada tahap berikutnya.Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti
cerita semakin mencengangkan dan menegangkan.
3. Tahap
klimaks
Konflik-konflik yang terjadi atau
ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak.
4. Tahap
peleraian
Penyelesaian pada klimaks, ketegangan
dikendurkan, konflik-konflik tambahan diberi jalan keluar, kemudian cerita
diakhiri, disesuaikan dengan tahap akhir diatas.
5. Tahap
penyelesaian
Konflik sudah diatasi/diselesaikan oleh
tokoh.Cerita dapat diakhiri dengan gembira atau sedih.
d.
Latar
Latar
merupakan keterangan yang menyebutkan waktu, ruang dan suasana terjadinya
peristiwa pada sebuah karya sastra. Jenis-jenis latar:
1. Latar
waktu
Keterangan tentang kapan peristiwa itu
terjadi.Misal, pagi, siang, sore, malam.
2. Latar
tempat
Keterangan tempat peristiwa itu
terjadi.Missal dirumah, disekolah.
3. Latar
suasana
Latar suasana menggambarkan peristiwa
yang terjadi.Misal, gembira, sedih, romantis.
e.
Gaya Bahasa
Gaya
bahasa adalah penggunaan bahasa yang dapat menghidupakan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu.
f.
Amanat
Amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan
keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.
g.
Sudut Pandang
Sudut
pandang merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih
pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut pandang adalah cara
memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Setelah mengetahui bagian apa saja yang terdapat dalam
unsur intrinsik, berikut akan dibahas dalam contoh sebuah cerpen yang berjudul
”Pesta Keluarga”.
Tema :
Tema yang digunakan
dalam cerpen ini adalah “Nasib tukang angkot dan segumpal daging”
Tema tersebut diambil
karena nasib yang dialami Pak Rais selama menjadi supir angkot, entah itu saat
Pak Rais mengeluh karena keadaan penumpangnya yang sepi ataupun penghasilan
yang didapat. Selain itu juga, suatu hari Pak Rais mendapatkan sesuatu dari
angkotnya. Semula dikira itu adalah sesuatu yang baik yang di dapat, namun
sayang ternyata tidak, justru malah mendatangkan penyakit bagi keluarganya
setelah memakannya.
Penokohan dan watak :
·
Pak Rais
-
Mudah tersinggung
“Aku manggut-manggut. Omongan perempuan
itu makin membuatku kecut…”(Anwar, 2017:98)
-
Mudah mengeluh
“Sial, perempuan ini turun menjelang
rute berakhir.Ini berarti aku harus menjalankan terus bemo ini hingga beberapa
kilometer lagi.Tak bisa mangkal untuk menunggu penumpang terlalu lama.” (Anwar,
2017:98)
-
Bertanggung jawab
…
“Ini tanggung jawabku”
…
“Nggak enak ah”
…
Aku tetap mempertahankan daging
itu.Tapi, hingga pukul satu siang, belum juga ada yang menanyakan. Padahal aku
sudah melewati rute dan mangkal di tempat yang sama. (Anwar, 2017:100)
-
Mudah terpengaruh
“…Ada rasa tidak nyaman, tapi, di sisi
lain, muncul juga rasa senang.” (Anwar, 2017:100)
“…Tak ada pilihan lain, aku akhirnya
menurut saja pada kehendak mereka.”
“Tolong ada yang dibuat empal,” aku
akhirnya punya usulan juga. (Anwar, 2017:101)
-
Jujur
…
“Tapi ini milik orang” aku menjawab
lagi. (Anwar, 2017:100)
…
“Tapi itu bukan milik kita,” aku
menyela. (Anwar, 2017:101)
-
Mudah putus asa
“…Aku menerawang ke langit-langit.
Terlintas juga dalam pikiranku untuk mencari pekerjaan lain. Sopir bemo semakin
lama semakin tidak memiliki harapan.” (Anwar, 2017:101)
-
Tidak sabar
“…Para sopir, termasuk aku tentunya,
sering terlibat pertengkaran karena rebutan penumpang. Tempo hari bahkan kami
nyaris tawuran dengan pengemudi bus kota karena rebutan jalur. Lahan kami makin
sempit.” (Anwar, 2017:101-102)
-
Ramah
“Mari masuk, mbak” aku mempersilahkan
sang tamu. (Anwar, 2017:104)
·
Penumpang bemo
-
Ramah
“Sepi,” katanya sambil kipas-kipas
mengusir udara panas dan debu.(Anwar, 2017:97)
·
Markasan
-
Ingin tau
…
“Matang apa mentah?” Tanya Markasan.
(Anwar, 2017:100)
·
Pardi
-
Egois
…
“Kalau tidak berani aku saja yang bawa,”
Pardi menyodorkan tangannya. (Anwar, 2017:100)
·
Hadi
-
Ingin tau
…
“Daging apa?” (Anwar, 2017:100)
·
Bagio
-
Humoris
…
“Daging istri Hadi sudah kisut,” Bagio
menambahkan celetukan.Tertawaan mereka makin ramai. (Anwar, 2017:100)
·
Istrinya Pak Rais
-
Polos
“Wah cocok untuk rawon, kata istriku
ketika memerikasa daging dalam kotak yang aku sodorkan. (Anwar, 2017:101)
-
Serakah
…
“Masih banyak, nanti malam kita makan
lagi” istriku menenangkan. (Anwar, 2017:104)
·
Neti
-
Polos
…
“Gulai” usul Neti anak perempuanku.
(Anwar, 2017:101)
·
Andi dan Rudi
-
Polos
…
“Aku minta sate” kata Andi.
“Aku juga” Rudi ikut-ikutan. (Anwar,
2017:101)
-
Serakah
“… Mulut Rudi terlihat penuh.Tangan
kirinya memegang tiga tusuk sate.Meski begitu, matanya masih jelalatan
mengawasi gulai di mangkuk yang kembali aku ciduk.Istriku manggut-manggut
sambil mengeremus daging.” (Anwar, 2017:103)
“Nanti aku makan lagi,” kata Andi.
“Aku juga” Rudi menyahut. (Anwar,
2017:104)
·
Mahasiswa
-
Teledor
“…Kami juga ingin mengadakan penelitian
lebih lanjut. Tapi, Pak, eee… bahan yang akan kami teliti tadi apa tertinggal
di bemo Bapak?” (Anwar, 2017:105)
-
Jujur
…
“Bukan daging, Pak. Itu adalah tumor
yang telah kami ambil.” (Anwar, 2017:105)
Alur :
Alur yang digunakan dalam
cerpen ini adalah alur maju, itu berarti jalan ceritanya tidak dominan membahas
masa lampau.
a.
Tahap pengenalan
“Pukul
sepuluh, bagi pengemudi bemo atau mikrolet, adalah jam mati.Penumpang sudah
mulai sepi. Mereka yang berangkat ke kantor, para buruh, pekerja kasar,
anak-anak sekolah, serta mereka yang berbelanja ke pasar sudah pada nyampai di
tempatnya. Jalanan sudah mulai agak sepi….” (Anwar, 2017:97)
“Bemo
yang aku kemudikan akhirnya sampai di dekat stasiun.Satu-satunya penumpang itu
turun juga dan berjalan minggir ke tempat yang teduh.” (Anwar, 2017:99)
b.
Tahap pemunculan konflik
“Bu,
barangnya ketinggalan!” aku memanggilnya agak keras.” (Anwar, 2017:99)
…
“Ada
orang mencari barangnya yang ketinggalan di bemo?” tanyaku pada teman-teman
sopir di pangkalan.” (Anwar, 2017:100)
…
“Aku
tetap mempertahankan daging itu.Tapi, hingga pukul satu siang, belum juga ada
yang menanyakan. Padahal aku sudah melewati rute dan mangkal di tempat yang
sama. Aku khawatir, jika dibiarkan tentu daging itu akan membusuk dan baunya
bisa menyebar….” (Anwar, 2017:100)
c.
Tahap klimaks
“Begini,
Pak,” tamu yang cantik itu melanjutkan, “kami adalah mahasiswa
kedokteran,.Sudah dua minggu kami ikut praktik di rumah sakit bagian bedah.Kami
juga ingin mengadakan penelitian lebih lanjut. Tapi, Pak, eee… bahan yang akan
kami teliti tadi apa tertinggal di bemo Bapak?”
Aku
agak gugup.Bagaimana harus menjawabnya.
“Eee…
tidak,” aku menggeleng-geleng.
“Maaf,
Pak. Barangnya tidak berharga.Tapi itu sangat kami perlukan.Kami telah
mengumpulkannya selama dua minggu.Ada dalam tas plastik warna putih.”
“Apa
barangnya itu?” aku pura-pura bertanya.
“Begini,
Pak. Banyak orang menderita penyakit dalam tubuhnya.Ada yang di bawah kulit, di
otak, kandungan, rahim, payudara, usus, dan lainnya. Kami ingin meneliti
penyakit itu”
“Ya
ya… terus?”
“Nah,
hasil operasi dari semua operasi tadi apa tertinggal di bemo Bapak?”
“Eee…,”
aku terdiam beberapa lama. “Eee… daging…?”
“Bukan
daging, Pak. Itu adalah tumor yang telah kami ambil.”
“Tu…tumor…?”
aku meremas mulut.
“Ya,
Pak, yang mirip daging dalam tas plastik putih itu adalah tumor.” (Anwar,
2017:105)
d.
Tahap peleraian
“Huuuek!”
isi perutku pun menyembul keluar.Tumpah dan meluber ke lantai.
“Huuuek!”
istriku kembali muntah, lalu disusul lagi oleh anak-anak.
“Haaaiiik!”
“Kreezzz!”
“Khrruuuek!”
Kami
sekeluarga muntah bersamaan.Rasanya tak bisa berhenti. Semua isi perut
memberontak keluar… (Anwar, 2017:106)
Latar :
·
Latar tempat
-
Tempat mangkal oprasi bemo
“…Itulah sebabnya banyak sopir yang
memilih mangkal tidak beroperasi atau pulang. Mereka akan kembali mencari
penumpang ketika sore hari saat para pekerja beranjak pulang.” (Anwar, 2017:97)
“Ada orang mencari barangnya yang
ketinggalan di bemo?” tanyaku pada teman-teman sopir di pangkalan. (Anwar,
2017:100)
-
Dapur rumah Pak Rais
“…Tak lama setelah itu ada bau daging
terbakar. Ini mungkin anak-anak lagi membuat sate.Aku beranjak ke dapur.
Ternyata benar, Neti sedang membakar sate di depan pintu belakang.” (Anwar,
2017:102)
-
Di meja makan rumah Pak Rais
“Sore itu, tidak seperti biasanya, kami
makan lebih awal.Mumpung semua masih hangat.Kami sudah duduk berkeliling di
meja makan.” (Anwar, 2017:103)
“…Terlihat istri dan ketiga anakku
muntah-muntah dengan wajah merah padam. Muntahannya meluber di meja makan.”
(Anwar, 2017:105)
-
Ruang tamu rumah Pak Rais
“Mari masuk, Mbak,” aku mempersilakan
sang tamu. (Anwar, 2017:104)
·
Latar waktu
-
Siang hari
“Sepi” katanya sambil kipas-kipas udara
panas dan debu kemarau. (Anwar, 2017:97)
“Tambah siang udara makin panas dan
berdebu.Penumpang masih tetap satu orang.” (Anwar, 2017:98)
-
Sore hari
“Sore itu, tidak seperti biasanya, kami
makan lebih awal.”(Anwar, 2017:103)
·
Latar suasana
-
Gelisah
“Aku tetap mempertahankan daging
itu.Tapi, hingga pukul satu siang, belum juga ada yang menanyakan. Padahal aku
sudah melewati rute dan mangkal di tempat yang sama. Aku khawatir, jika
dibiarkan tentu daging itu akan membusuk dan baunya bisa menyebar. Aku pun
terpaksa membawa daging itu pulang.” (Anwar, 2017:100)
-
Gembira
“Wah cocok untuk rawon,” kata istriku
ketika memeriksa daging dalam kotak yang aku sodorkan.Wajahnya tampak
berbinar-binar.
…
“Mereka tampak gembira dengan daging
itu.Istriku segera membawanya ke dapur.” (Anwar, 2017:101)
-
Gugup
“Aku agak gugup.Bagaimana harus menjawabnya.”
“Eee… tidak,” aku menggeleng-geleng.
…
“Apa barangnya itu?” aku pura-pura
bertanya. (Anwar, 2017:105)
Gaya bahasa :
Gaya bahasa yang
digunakan dalam cerpen yang berjudul “Pesta Keluarga” ini adalah menggunakan
Majas Retorik dan Majas Personifikasi. Pengertian dari majas retorik sendiri
adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Berikut
bentuk kutipan majas retorik dalam cerpen “Pesta Keluarga”
terdapat pada kalimat “Mana mungkin aku ingat jumlah dan wajahnya?” (Anwar,
2017:99)
Majas Personifikasi adalah majas yang membandingkan
benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia. Berikut
bentuk kutipan majas personifikasi pada cerpen “Pesta Keluarga” terdapat pada
kalimat “…Wajahnya tampak berbinar-binar” (Anwar, 2017:101)
Selain itu juga, bahasa
yang digunakan dalam cerpen “Pesta Keluarga” adalah bahasa yang sering
digunakan sehari-hari sehingga lebih mudah dipahami.
Amanat :
-
Jangan mudah terpengaruh dengan keadaan
-
Hendaknya tidak menggunakan barang yang
bukan milik kita
-
Bersikaplah lebis sabar dalam menghadapi
keadaan
-
Jangan menilai sesuatu itu baik padahal
belum jelas asal usulnya
Sudut pandang :
Dalam cerpen ini
menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama.Sebab penulis lebih banyak
menggunakan kata “aku” dan seolah-olah penulis menggambarkan dirinya pada
cerita tesebut.Seperti contoh dalam kutipan “Aku berusaha mengingat-ingat siapa
saja penumpang yang duduk di dekatku dari tadi.” (Anwar, 2017:99)
Daftar
Pustaka
Anwar,
M. Shoim. 2017. Tahi Lalat di Dada Istri
Pak Lurah. Lamongan: PustakaIlalang.
Rosana,
Dewi dan Gunawan Budi Santoso. 2015. Bahasa
Indonesia. Sidoarjo: Masmedia.
Rohmatullah.
2013. Pengertian Majas, Contoh &
Macam-macam Majas. http://rohmatullahh.blogspot.co.id/2013/09/PengertianMajasContohMacam-macamMajas.html#
(diakses pada tanggal 1 April 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar